masukkan script iklan disini

Kegiatan yang mengusung tema “Interaksi Kohati dalam keberagaman perempuan: 50 tahun Kohati” ini dibuka oleh Ketua Umum HMI Komisariat Adab dan Humaniora serta penampilan dari Komunitas Seni Adab (KisSA) yang berhasil memukau peserta yang hadir. Adapun narasumber yang hadir dalam kegiatan tersebut diantaranya, Nuzul Fitri (Komisioner KPU Gowa), Luna Fidya (Sastrawan) serta Nelliyanti Karim (Pengurus KAHMI).
Ketua Kohati Komisariat Adab dan Humaniora, Nurhasanah menjelaskan bahwa Kohati akan lebih meningkatkan kualitasnya dengan menanamkan kesadaran lebih akan tanggung jawab dan kedisiplinan Kohati.
“Kurangnya kedisiplinan dan minimnya kesadaran diri dari Kohati itu sendiri hingga kegiatan pun harus diundur satu jam dari jadwal yang ditentukan” jelasnya.
Hal ini pun dibenarkan oleh Nuzul Fitri yang menuturkan bahwa memahami diri sendiri adalah hal utama untuk dapat berinteraksi dalam organisasi.
“Yang perlu dibenahi di Kohati sebenarnya adalah internalnya, jadi secara individu harus paham dulu diri sendiri seperti apa lalu kemudian kita berinteraksi dalam berorganisasi karena kalau kita tidak memahami siapa kita maka susah untuk menjalani roda organisasi” tuturnya.
Melihat banyaknya kasus terhadap perempuan saat ini, Kohati dituntut untuk peka terhadap semua permasalahan baik yang ada di lingkungan kampus ataupun masyarakat menyangkut perempuan. Namun Kohati saat ini sepertinya membutuhkan banyak pembenahan. Kurangnya kesadaran dan rasa tanggung jawab sehingga belum mampu melahirkan sebuah aksi nyata di lapangan.
“Kita kehilangan Kohati dalam aktivis perempuan. Banyak persoalan dalam kampus dimana Kohati tidak pernah ambil peran sehingga yang terlihat saat ini hanya sekedar nama saja. Dalam Milad ini baiknya dijadikan ajang refleksi diri, apa kekurangan kita dan apa yang kita butuhkan agar Kohati bisa tetap mempertahankan eksistensisnya” tambahnya.
Kegiatan ditutup dengan pemotongan tumpeng dan foto bersama.
Laporan: Risa Sabirah
Editor: Nurhidayatillah
