Iklan

Ada Kucing Dalam Karung di Dunia Pendidikan

Lapmi Ukkiri
05 June 2018
Last Updated 2020-06-23T04:28:27Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
masukkan script iklan disini

                                   
Oleh: Asmaullah

Pendidikan merupakan suatu proses yang tidak pernah berakhir dan menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan wadah untuk mengubah manusia dari ketinggalan. Selain itu, Pendidikan banyak dipahami sebagai wadah untuk menyalurkan ilmu pengetahuan, wadah pembentukan watak,mengasah otak serta membentuk kreativitas diri. Tapi apa boleh buat, ternyata yang terlihat dilapangan tidak seperti apa yang seharunya,bahkan sangat ironis. Kondisi dunia Pendidikan sangat memprihatinkan dan semakin jauh dari cita-cita yang idealnya, yaitu sebagai wahana pembebasan manusia dan memanusiakan manusia. Apalagi sekarang kita memasuki suatu zaman baru ditandai dengan menguatnya paham pasar bebas yang dikenal sebagai zaman globalisasi.

Maka tradisi umat manusia untuk mempertahankan eksistensi mereka melalui Pendidikan mendapat tantangan yang berat, karena Pendidikan sedang terancam dengan adanya manusia rakus yang menyatakan bahwa dunia Pendidikan dapat digunakan untuk mengamukulasi kapital dan mendapay keuntungan. 

Semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula beberapa aspek termasuk Pendidikan. Semakin berkembangnya pendidikan maka akan selalu beragam pula Universitas ataupun Lembaga Pendidikan yang bermunculan,yah jelas ini merupakan sebuah gambaran yang terlihat pada abad ini, dimana Lembaga Pendidikan Negeri ataupun Swasta berbondong-bondong melakukan maneuver-manuver guna mendapatkan hati para masyarakat untuk pada bidang Pendidikan. Jelas pada saat mereka bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat yang sangat mudah tergiur pada perkataan yang katanya menjanjikan masa depan yang cerah ketika anak ataupun keluarganya kuliah di lemabaga mereka, para pihak dari Lembaga tersebut sudah pasti mengajukan visi dan misi serta tujuan yang tersurat ataupun tersirat. Tujuan yang jelas sudh pasti adalah ingin ikut serta dalam memajukan Pendidikan yang ada di Indonesia bersama komponen pendukung lainnya. 

Akan tetapi, persoalan yang selalu muncul adalah, Lembaga Pendidikan hanyalah sekedar melakukan Komersialisasi sebagai lading pencaharian mereka yang mempunyai kepentingan awal. Secara realitas yang ada, banyak pihak pendiri ataupun pemimpin-pemimpin Lembaga tidak memiliki basis pengetahuan yang cukup dibidang pemdidikan karena mengapa, yah kembali lagi di Tujuan awal mengapa mereka antusias untuk mendirikan suatu Lembaga itu mereka memanfaatkan Pendidikan sebagai lahan mata pencaharian mereka. Mereka tidak memperdulikan mahasiswa yang sedang berjuang di Lembaga itu. Mereka membungkam mahasiswanya dengan cara mendoktrin mereka untuk taat dan patuh terhadap system yang telah mereka desain sebaik mungkin tanpa memberi celah sedikitpun agar tidak ketahuan akal bobroknya. Membentuk mahasiswanya menjadi robot yang patuh dengan dalih kapan kau menentang masa depan kamu akan suram sebab pasar tidak menginginkan manusia yang tidak taat dan patuh. 

Bermodalkan bangunan dan sarana yang baik ataupun elegan mereka mampu meraup banyak keuntungan dengan kata lain pada tahap awal mereka berusaha mencocoki pemikiran mahsiswanya untuk menjadi manusia yang gengsi atau harus terlihat kaya dan mengikuti zaman. Mereka membuat mahasiswanya acuh ataupun antipatik terhadap segala persoalan yang ada yang justru mereka sebenarnya harus menggiring mahsiswa tersebut untuk dating dan terlibat pada persoalan itu guna menyelesaikannya karena tidak bisa kita pungkiri bahwa tujuan mahasiswa ialah kembali pada masyarakat dalam artian kembali untuk mengabdi memperbaiki apa yang harus mereka perbaiki agar mahasiswa mampu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagai bentuk dari pengaplikasian dirinya sebagai mahasiswa yang pencipta dan pengabdi.
Kehadiran Universitas ataupun Lembaga Pendidikan mestinya mampu memecahkan masalah di tengah masyarakat bukan memperkeruh. Kehadirannya mesti menjawab tantangan masyarakat, bukannya berjuta pertanyaan dengan kedatangannya. Pendidikan di masyarakat seyogyanya tidaklah disekat-sekat dengan nilai rupiah, kelas bahwah,menengah dan atas. Karena seperti yang saya katakana tadi ini hanya akan memunculkan sifat gengsi yang kemudian membuat para mahasiswa untuk menjadi manusia ekonomis yang dalam artian bahwa mereeka hanya akan terus berbondong-bondong untuk memperlihatkan kekayaan mereka dan  pada akhirnya mereka lupa tujuan dari mahasiswa itu sendiri. Efeknya juga akan berdampak pada mereka yang perkonomian orang tuanya bisa dikata berada pada kelas bawah, mereka akan cenderung untuk merasa malu untuk kuliah di universitas itu sebab di dalamnya yang mendominasi ialah orang kelas atas, dan ini hanya akan memunculkan masalah baru di tengah masyarakat dan dunia Pendidikan. Jadi seolah perserta didik yang sekolah di Universitas ataupun Lembaga Pendidikan kelas atas sajalah yang berhak untuk bersekolah di tempat itu, otaknya merasa lebih jauh di atas rata-rata. Orang tua yang menyekolahkan anaknya di Universitas itu yang perekonomiannya kelas atas seolah merasa paling eksekutif dan berkata ‘’uang saya adalah gambaran Pendidikan anak saya’’. Padahal itu sangatlah keliru.

Tak henti sampai disitu, Komersialisasi Pendidikan pun jauh lebih pragmatis ketika Universitas  ataupun Lembaga memungut biaya selangit yang tidak sama sekali terjangkau oleh masyarakat kelas bawah. Walaupun dengan dalih bahwa ada uang ada barang, ada biaya Pendidikan ada sarana yang menunjang. Tapi sekali lagi bahwa ini hanyalah menimbulkan masalah baru di tengah masyarakat. Seolah Pendidikan adalah barang jualan yang seenaknya diperjualbelikan. Padahal nasib anak bangsa dan pembentukan  karakter sangat dipertaruhkan.

Berkembangnya paham Kapitalsme di dunia Pendidikan ditandai dengan semakin maraknya yang telah dilakukan oleh para pimpina Universitas dengan memberlakukan perilaku pasar bebas dan dunia bisnis di dunia Pendidikan. Komersialisasi Pendidikan yang hanyalah mengacu kepada Universitas ataupun Lembaga yang hanya mementingkan uang pendaftaran dan uang gedung saja, tetapi mereka telah mengabaikan kewajiban mereka. Mereka membuat system yang betapa mahalnya biaya untuk masuk dan bernaung di Universitas itu, apalagi jika Universitas ataupun lemabaga itu adalah terfavorite. Mereka turut mengembangkan pasar bebas dan mendoktrinisasi kepada para mahasiswanya.

Maka dari itu apakah kita akan diam dan membiarkannya begitu saja atau menciptakan sejarah dengan melawan dan mengubah system itu? jawabannya ada pada diri kalian.

Dibuat di atas tanah kapital dan di bawah langit komersial pada tanggal 04 Juni 2018.
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl